Minggu, 21 Desember 2014

Tentang Aku Bukan Orang Tuaku

Seringkali aku masih merasa iri dengan kondisi teman sekelilingku karena pilihan kehidupannya yang masih santai menunggu biaya dari rumah. kedamaian dirasakan mereka semua. toh itu uang tinggal datang sendiri tanpa menunggu bersusah payah untuk mencari.

Hanya bersantai dan menunggu uang cuma-cuma dari rumah. sungguh hal yang indah memang. Dulu aku juga seperti itu, dan aku menikmatinya. Sungguh aku menikmatinya. sampai-sampai aku tak habis pikir berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membeli barang barang yang aku inginkan. Tinggal buka dompet, terus beli. kalau habis-pun tinggal bilang sama bokap ataupun nyokap. Banyak alasan yang terpakai demi mendapatkan uang dari bokap. alasan buat inilah, itulah. Dunia begitu mudahnya untuk dilalui saat itu.

Menginjak dewasa, akupun masih seperti itu, sampai dititik terakhir, usaha orang tuaku mulai menurun. ini di sebabkan konsumen yang dari hari ke hari semakin menurun. Ditambah pasar yang digunakan berjualan bokapku mau digusur. Ditambah lagi kondisi kakaku yang sedang bekerja di jakarta sedang di DPK dari pekerjaannya. Lengkap!!!

Sejak waktu itu, aku baru mulai memahami kehidupan. Jerih payahnya, suka dukanya, canda tawanya. Aku mulau paham bahwa hidup itu benar-benar pilihan. Tinggal pilih, kamu memilih hidup, atau hidup yang memilih kamu. Pilihan.

Sekarang bukan berbicara lagi siapa orang tua saya, melainkan siapa saya. Karena saya sudah cukup mencerminkan siapa orang tua saya. Aku bahagia. Melihat waktuku berisi dengan kesibukan yang positif. Yah aku suka.

Bekerja, belajar, dan bertaqwa. Rutinitas yang selalu menemaniku sehingga aku memang benar benar merasa ditemani oleh kesibukan yang berulang-ulang. Namun aku suka, meski rasa kebosanan kadang juga menghampiri. Meski hidup tanpa tangan bokap dan nyokap sungguh sulit untuk dilalui. Rasanya setiap hari ingin kembali kepelukan nyokap, mengungkapakan kegundahan yang saya alamai. Tetapi saya SUKA.


0 komentar:

Posting Komentar