Seringkali
aku masih merasa iri dengan kondisi teman sekelilingku karena pilihan
kehidupannya yang masih santai menunggu biaya dari rumah. kedamaian dirasakan
mereka semua. toh itu uang tinggal datang sendiri tanpa menunggu bersusah payah
untuk mencari.
Hanya bersantai dan menunggu
uang cuma-cuma dari rumah. sungguh hal yang indah memang. Dulu aku juga seperti
itu, dan aku menikmatinya. Sungguh aku menikmatinya. sampai-sampai aku tak
habis pikir berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membeli barang barang
yang aku inginkan. Tinggal buka dompet, terus beli. kalau habis-pun tinggal
bilang sama bokap ataupun nyokap. Banyak alasan yang terpakai demi mendapatkan
uang dari bokap. alasan buat inilah, itulah. Dunia begitu mudahnya untuk
dilalui saat itu.
Menginjak dewasa, akupun
masih seperti itu, sampai dititik terakhir, usaha orang tuaku mulai menurun.
ini di sebabkan konsumen yang dari hari ke hari semakin menurun. Ditambah pasar
yang digunakan berjualan bokapku mau digusur. Ditambah lagi kondisi kakaku yang
sedang bekerja di jakarta sedang di DPK dari pekerjaannya.
Lengkap!!!
Sejak
waktu itu, aku baru mulai memahami kehidupan. Jerih payahnya, suka dukanya,
canda tawanya. Aku mulau paham bahwa hidup itu benar-benar pilihan. Tinggal
pilih, kamu memilih hidup, atau hidup yang memilih kamu. Pilihan.
Sekarang
bukan berbicara lagi siapa orang tua saya, melainkan siapa saya. Karena saya
sudah cukup mencerminkan siapa orang tua saya. Aku bahagia. Melihat waktuku
berisi dengan kesibukan yang positif. Yah aku suka.
Bekerja,
belajar, dan bertaqwa. Rutinitas yang selalu menemaniku sehingga aku memang
benar benar merasa ditemani oleh kesibukan yang berulang-ulang. Namun aku suka,
meski rasa kebosanan kadang juga menghampiri. Meski hidup tanpa tangan bokap
dan nyokap sungguh sulit untuk dilalui. Rasanya setiap hari ingin kembali
kepelukan nyokap, mengungkapakan kegundahan yang saya alamai. Tetapi saya SUKA.
0 komentar:
Posting Komentar